Suara Denpasar – Kinerja Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI kini menjadi perbincangan setelah warganet menyoroti soal safari politik ke masjid yang dilakukan bakal Calon Presiden Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan.
Bawaslu dianggap tebang pilih lantaran menunjukkan sikap yang berbeda saat kedua bakal calon presiden tersebut melakukan kunjungan ke masjid.
Tudingan ini bermula saat Ganjar Pranowo mengunggah sebuah foto di akun Twitter pribadinya, saat menyambangi Masjid Agung Banten baru-baru ini.
Dari postingan tersebut, banyak warganet yang menilai bahwa kunjungan itu dianggap tidak etis karena dinilai memanfaatkan rumah ibadah sebagai tempat berkampanye.
Baca Juga:Shin Tae-yong Dipuji PSSI-nya Argentina, Erick Thohir Jadi Kunci Utama Kedatangan Lionel Messi CS
Apalagi, hal ini pun sempat disinggung pihak Bawaslu yang menyebut tidak boleh menggunakan tempat ibadah sebagai ajang penyokong suara meski masa kampanye belum dimulai.
“Dari awal saya sampaikan, tolong punya etika dong. Jangan gunakan tempat ibadah sebagai ajang kampanye walaupun belum tahapan kampanye,” tutur Komisioner Bawaslu RI Totok Hariyono, dikutip Suara Denpasar dari kanal YouTube Metro TV.
Sontak saja, postingan Ganjar Pranowo itu pun menuai kritikan. Tak sedikit dari warganet menilai Bawaslu tebang pilih terhadap bakal calon presiden lainnya yakni Anies Baswedan.
“Mana @bawaslu_RI? Katanya melarang tempat ibadah untuk kegiatan politik? Apa kampanye sudah dimulai. Giliran oposisi pemerintah gercep banget lu buat statemen, broadcast SMS segala,” komentar akun bernama @bukantuti dalam postingan Ganjar Pranowo itu.
“@bawaslu_RI mana nih, katanya gak boleh tempat ibadah buat ginian,” tambah akun @EngineeringLog1.
“Kemaren ada yang sholat Jumat dibilangnya politik di tempat ibadah dan di warning banwaslu melalui pesan, sekarang ndoro ini ngakunya doa bersama di tempat ibadah,” timpal akun @sopoharyo098.
Seperti diketahui, Anies Baswedan memang sempat dikabarkan mendapat pesan singkat saat melaksanakan sholat jumat di Masjid Al-Akbar, Surabaya pada 24 Maret lalu.
SMS pelarangan tersebut diduga dikirim oleh jajaran Bawaslu Jawa Timur. Adapun isi pesan tersebut ialah begini, ‘Surat Bawaslu Jatim 123/PM. 00.02/K.JI-38/03/2023 Tgl 13 Maret 2023 Melarang Masji Al-Akbar untuk politik Anies Baswedan yang melanggar aturan pemilu’.
Hal ini pun turut menuai perhatian pengamat politik, salah satunya Ujang Komarudin yang mengatakan Bawaslu seharusnya menjadi lembaga yang independen dan tidak tebang pilih terhadap calon mana pun yang akan berkontestasi.
“Kritikan terhadap Bawaslu yang harus berada di tengah, netral, independen, dan yang harus berbuat adil terhadap capres maupun cawapres yang akan ikut kontestasi di Pilpres 2024 nanti, jangan sampai ada pesan tebang pilih, tidak adil, dan tidak independen” tutur Ujang Komarudin.
Dari sisi peraturan, kunjungan ke masjid yang dilakukan dua bakal calon tersebut memang dilakukan sebelum kampanye dimulai.
Akan tetapi, safari politik ke masjid ini tentu menunjukkan adanya kelonggaran peraturan hingga membuat masyarakat menuding Bawaslu tebang pilih lantaran dianggap mempersoalkan Anies Baswedan dan seolah membiarkan Ganjar Pranowo.
Karena itu, Ujang Komarudin menilai Bawaslu perlu berbenah lagi mengatur segala regulasi pelaksanaan pemilu mendatang.
“Regulasi terkait dengan kepemiluan harus dirapihkan lagi agar tidak ada celah kelonggaran peraturan,” tukasnya. (*)