2.469 Kasus DBD Tercatat Terjadi di Bali Selama 3 Bulan Pertama2023

Ada 2.469 kasus demam berdarah dengue (DBD) yang tercatat oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bali selama tiga bulan pertama di tahun 2023, dimana angkanya menunjukkan tren penurunan.

Ratih Nisa Intana
Jum'at, 07 April 2023 | 13:32 WIB
2.469 Kasus DBD Tercatat Terjadi di Bali Selama 3 Bulan Pertama2023
Ilustrasi Nyamuk DBD ((Pixabay/WikiImages))

Suara Denpasar - Ada 2.469 kasus demam berdarah dengue (DBD) yang tercatat oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bali selama tiga bulan pertama di tahun 2023, dimana angkanya menunjukkan tren penurunan.

"Kalau kita lihat secara umum, artinya provinsi itu sebenarnya dari Januari hingga Maret sudah ada penurunan, tapi memang di beberapa kabupaten ada yang mengalami peningkatan," kata Kasi Penanggulangan Penyakit Dinkes Bali I Nyoman Sudiyasa di Denpasar, Yang dikutip dari Antara, Jumat (7/4/2023).

Penurunan kasus demam berdarah di Provinsi Bali menunjukkan angka penurunan. Pada Januari ditemukan terjadi 939 kasus dengan tiga orang meninggal dunia, Februari 820 kasus dengan satu meninggal dunia, dan Maret 710 kasus dengan satu meninggal dunia.

Berdasarkan data yang dihimpun dinkes Bali, ditemukan pasien terbanyak selama tiga bulan pertama di tahun 2023 berasal dari Kota Denpasar, yaitu 781 kasus. 

Baca Juga:Pemprov DKI Bolehkan Pengurus RT Minta THR ke Warga

Sementara untuk daerah lain, seperti Buleleng dengan 369 kasus, Badung 305 kasus, Klungkung 231 kasus, Jembrana 210 kasus, Gianyar 196 kasus, Karangasem 156 kasus, Tabanan 154 kasus, dan Bangli 67 kasus.

Walaupun, Denpasar jadi daerah penyumbang kasus DBD terbanyak. Penurunan justru terjadi di sana, yaitu dari Januari 296 kasus menjadi 255 kasus di Februari dan 230 kasus di Maret 2023.

Sementara itu, Bangli dengan kasus terkecil justru mengalami peningkatan, dari 17 kasus pada Januari, 17 kasus pada Februari dan 33 kasus pada Maret.

Hal ini dikarenakan kondisi seperti musim dan kesadaran masyarakat terhadap gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) juga dinilai penting, seperti yang dikatakan oleh Sudayasa. 

"Kita tahu DBD itu tidak ada obatnya, tidak ada vaksin yang direkomendasikan untuk mencegah DBD. Yang bisa kita kerjakan untuk pengendalian demam berdarah adalah pengendalian vektornya, artinya mencegah penyebaran nyamuk aedes aegepty di masyarakat, cara paling mudah menekan populasinya adalah dengan PSN," Kata Sudiyasa.

Baca Juga:Apa itu FIFA Forward? Dana Bantuan yang dibekukan FIFA Sebagai Sanksi Untuk Indonesia

Dinkes Bali telah berupaya menjalankan program tersebut, namun dibutuhkan peran masyarakat untuk lingkungannya, karena tidak bisa seluruhnya dilakukan pemerintah sendiri.

Sudiyasa menjelaskan selain upaya pencegahan yang dilakukan, penurunan kasus selama tiga bulan ini juga dibarengi dengan Penyelidikan Epidemiologi (PE) atau kegiatan turun ke lapangan.

"Turun ke lapangan memastikan pasien tertularnya dimana, apakah rumah atau tempat aktivitas seperti sekolah atau kantor, itu nanti hasil rekomendasinya apakah fogging atau cukup PSN," ungkapnya.

Apabila hasil rekomendasi menunjukkan harus dilakukan fogging, lanjutnya, akan dilakukan penyemprotan di fokus lokasi dengan radius 100-200 meter.

"Tapi, tidak melupakan PSN-nya, karena kalau itu (fogging) saja yang dibunuh nyamuk dewasa saja, jentik-jentiknya tidak mati, makanya gerakan paling penting adalah PSN dan harus melibatkan masyarakat," Ujarnya. (*)

REKOMENDASI

BERITA TERKAIT

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak