Suara Denpasar - Dalam tradisi umat Katolik, hari Kamis Putih dirayakan sebagai malam perjamuan terakhir Yesus bersama ke 12 muridnya. Tradisi itu dilanjutkan hingga saat ini.
Sebelum masuk pada tradisi itu, diawali dengan tradisi pembasuhan kaki. Yesus membasuh kaki ke 12 muridnya itu menggunakan air dan membersihkan dengan jubah yang dipakai Yesus.
Tradisi itu tertuang dalam Alkitab, tepatnya tercatat dalam Injil Yohanes Bab 13 ayat 4 sampai ayat 5.
"Lalu bangunlah Yesus, menanggalkan jubahNya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggangnya, kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-muridnya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggangnya.” Injil Yohanes.13:4-5.
Baca Juga:Gagal di Piala Dunia U20, Ganjar Pranowo Sebut Akibat Kegagalan PSSI Lobi FIFA
Apakah arti dari tindakan Yesus itu? Membasuh kaki merupakan pekerjaan yang biasanya dilakukan oleh pelayan atau budak. Dalam pemahaman umat Katolik, pembasuhan kaki para murid tersebut, Yesus mau memberi pesan bahwa tugas utama seorang pemimpin adalah sebagai pelayan.
Makna itu pun tertuang dalam Injil Yohanes Bab 13 ayat 14 sampai ayat 17.
"Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu, sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu. Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya. Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya," Injil Yohanes Bab 13: 14-17.
Setelah membasuh kaki, Yesus kemudian mencium kaki ke 12 muridnya itu. Makna yang dipahami umat Katolik dari tradisi itu adalah Yesus menginginkan para pengikutnya mengutamakan cinta kasih dan kerendahan hati.
Setelah melakukan pembasuhan dan mencium kaki, Yesus mengajak ke 12 muridnya itu untuk perjamuan malam. Malam perjamuan itu adalah makan malam terakhir Yesus bersama para muridnya sebelum akhirnya Yesus disalibkan.
Baca Juga:Kembali Berjuang! Ketum PSSI Erick Thohir Temui FIFA, Begini Misinya
Makan malam terakhir itu bukan sekadar makan malam biasa, melainkan sebuah makan malam perpisahan Yesus dengan para muridnya. Saat ini dikenal sebagai Perjamuan Paskah.
Pada perjamuan terakhir itu, ketika mereka sedang duduk, Yesus mengambil roti lalu memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-muridnya dan berkata: "Ambillah, makanlah, inilah tubuhku," Injil Matius 26:27.
Dalam pemahaman umat Katolik, roti itu disimbolkan sebagai tubuh Yesus yang di makan untuk memberikan kehidupan.
Setelah membagikan roti dan berkata demikian, Yesus mengambil cawan (cangkir) lalu memberikan kepada murid-muridnya dan berkata: "Minumlah, kamu semua dari cawan ini, sebab inilah darahku, darah perjanjian yang ditumpahkan bagimu dan banyak orang untuk pengampunan dosa," Injil Matius 26:27-28.
Jadi makna dari Yesus membasuh dan mencium kaki para murid tersebut adalah pelayanan dan cinta kasih. Sementara roti yang dipakai untuk perjamuan terakhir dimaknai sebagai tubuh Yesus yang dimakan untuk memberi kehidupan.
”Akulah roti hidup, barangsiapa datang kepadaku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepadaku, ia tidak akan haus lagi," Injil Yohanes 6:35. (Rizal/*)