Suara Denpasar - Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) Komite Kota Bali dihadang ormas saat menggelar aksi damai hari ini Sabtu, (1/4/2023).
Sedianya aksi tersebut direncanakan akan berlangsung di persimpangan lampu merah, Jalan Sudirman, Denpasar.
Ketua AMP Komite Kota Bali, Hery Maega mengatakan mereka dihadang saat sedang long mars dari titik kumpul ke lokasi aksi.
"Kami dihadang oleh ormas PGN (Patriot Garda Nusantara) di Gang Teknik (lorong belakang kampus Unud). Sejak pagi mereka sudah siaga di jalan menuju lokasi aksi," kata Hery Maega kepada Suara Denpasar saat ditemui.
Baca Juga:Kang Dedi Mulyadi Soroti Limbah Tailing Freeport di Papua: Ini Serius, Ribuan Warga Menderita!
Hery yang sekaligus Korlap aksi itu menjelaskan bahwa aksi mereka adalah aksi damai. Dan sudah sesuai dengan prosedur karena telah mengirimkan surat pemberitahuan kepada pihak kepolisian 3 hari sebelumnya.
Namun kata dia, aksi mereka tetap saja dihadang dan dianggap mengganggu sehingga mereka sampai di pukul oleh ormas yang menghadang mereka.
"Aksi kami aksi damai, semua massa aksi tertib di dalam tali komando, hanya saja kami didorong-dorong oleh anggota PGN. Kami dilempari batu dan disirami air yang sudah dikasih cebe," jelasnya.
Atas insiden penghadangan dan penganiayaan tersebut, Hery Maega mengatakan sejumlah Mahasiswa Papua mengalami luka lemparan batu, dipukul pakai kayu dan mata perih karena disirami air cabe.
"10 orang Mahasiswa Papua mengalami luka di kepada dan di bagian testa karena lemparan batu dan dipukul, dan sebagiannya mengalami pedas-pedas di badan karena disirami air cabe," jelas dia.
Baca Juga:Heboh! Beredar Video Anak Kelas 6 SD Hamil di Fakfak Papua, Siap Melahirkan Anak Pertama
Karena itu, lanjutnya, pada pukul 10: 10 Wita dia mengarahkan massa aksi untuk mundur karena ormas terus memukul dan melempari massa aksi dengan botol, batu, kayu dan disirami air cabe. Sejumlah atribut aksi pun dirusak oleh ormas yang menyerang mereka.
"Saya arahkan teman-teman mundur karena terus dilempar dan disiram, beberapa poster dirusak oleh ormas PGN, tali komando dan spanduk dirampas, peti simbolik HAM dan demokrasi juga disobek," lanjutnya.
Hery Maega mengatakan setiap aksinya selalu dihadang oleh ormas yang sama, sehingga dia menilai ormas tersebut sengaja diseting oleh pihak kepolisian untuk mengggalkan aksi mereka.
Karena itu dia menyebut demokrasi dan HAM telah mati dan rakyat Papua akan terus tercekik ketika aksi untuk menyuarakan hal tersebut selalu dihadang dan dipukul oleh ormas PGN.
"Selalu saja ormas PGN itu, setelah ricuh baru pihak Kepolisian muncul, dan itu pun mereka lihat saja," tandasnya dia. (*/Dinda)