Suara Denpasar - Belum lama ini gejolak protes mewabah di sejumlah negara-negara Eropa. Hal tersebut dipicu sejumlah persoalan seperti inflasi, perang, dan upah layak untuk para buruh.
Yang fenomenal, adalah gejolak protes yang terjadi di Paris, Ibukota Prancis, sejak pertengahan Januari 2023. Ribuan orang, dipelopori serikat buruh, turun ke jalan menolak UU perpanjangan masa pensiun.
Buntut dari gejolak protes yang mewabah di Eropa ini, sejumlah ilmuwan politik melalui berbagai media, berupaya untuk memberikan penjelasan mengenai fenomena yang hingga kini masih berlanjut.
"Demonstrasi terbaru adalah bentuk ketidakpercayaan orang Eropa terhadap aliansi militer (NATO), mereka tidak lagi menginginkannya," tulis laporan Xinhua saat mengutip ahli geopolitik, dilansir Suara Denpasar, Jumat, (31/3/2023).
Baca Juga:Tak Malu jadi Tukang Pembersih Toilet, Simak Cerita Singkat Jusuf Hamka Selama di Amerika
Untuk diketahui, bahwa di dalam aksi demonstrasi yang melibatkan ribuan orang Prancis itu, sebagian memang ada yang menyerukan Prancis untuk keluar dari NATO.
Mulanya, aksi demonstrasi di Paris yang bertajuk "March for Peace", dimulai di dekat wilayah Senat Prancis. Saat ribuan demonstran mengeluarkan sejumlah sejumlah spanduk kecaman.
Tampak kecaman itu bertuliskan: "Hentikan perang yang diprovokasi oleh Amerika Serikat dan NATO," "Kebebasan, Kebenaran, Perlawanan" dan "Mosi tidak percaya adalah perdamaian di Prancis."
Protes serupa baru-baru ini juga terjadi di beberapa negara Eropa lainnya. Di Berlin, pada 25 Februari 2023, sekitar 10.000 demonstran turun ke jalan menentang pasokan senjata ke Ukraina.
"Bukan perang kami," tulis spanduk di dalam aksi demonstrasi di Berlin itu. Para pengunjuk rasa juga membagikan selebaran yang menyerukan penarikan segera Jerman dari NATO.
Baca Juga:Kini Jadi Pengusaha Jalan Tol, Jusuf Hamka Ternyata Pernah Kerja Ngorek WC di Amerika
Pada hari yang sama di London, sekitar 4.000 orang bergabung dalam pawai menuntut diakhirinya pengiriman senjata tambahan ke Kiev (Ibukota Ukraina).
"Tidak untuk ekspansi NATO," tulis spanduk demonstran. "Amerika Serikat memanipulasi dunia untuk kepentingannya sendiri," kata seorang pengunjuk rasa yang hanya menyebutkan nama depannya.
Sebagai tambahan, bahwa dalam beberapa tahun terakhir, penentangan dan ketidakpercayaan terhadap NATO memang meningkat di Eropa. Hal ini memicu kritik dari sejumlah politisi dan para ilmuwan di Eropa.
Bersamaan dengan eskalasi tinggi, hal itu bahkan memicu gelombang protes warga Eropa yang kian menjadi anti-NATO. (Rizal/*)