Suara Denpasar - Banyak kalangan yang menolak kedatangan Timnas Israel dalam gelaran Piala Dunia U-20 di Indonesia.
Penolakan tersebut dilandasi karena banyak yang menganggap bahwa Israel bukan suatu negara melainkan hanya penjajah.
Penolakan Timnas Israel di Piala Dunia U-20, berasal dari berbagai kalangan. Mulai dari, sebagian masyarakat, organisasi massa, hingga politikus. Salah satu yang tengah jadi perbincangan yaitu penolakan Israel dari Gubernur Bali I Wayan Koster.
Karena hal tersebut, membuat FIFA membatalkan drawing Piala Dunia U-20 di Bali, Indonesia.
Baca Juga:Digadang Gantikan Indonesia sebagai Tuan Rumah Piala Dunia U-20, Peru Malah Mundur Jadi Host U-17
Pengamat Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran, R. Widya Setiabudi Sumadinata menilai bahwa sikap politik pemerintahan Israel tak sama dengan para atletnya.
Menurutnya, jika sikap politik suatu negara menjadi tolak ukur dalam event olah raga, Setiabudi menilai bahwa Timnas Indonesia dan seluruh atlet yang ada di Indonesia bakal mengalami penolakan jika bermain di wilayah Pasifik.
Terutama di negara yang menganggap Indonesia melakukan pelanggaran hak asasi manusia terhadap rakyat di Papua Barat.
"Kalau begini, nanti hal serupa akan kita alami misalnya Timnas Indonesia bermain di Pasifik kemudian diboikot, karena katakan lah oleh negara tertentu. Indonesia dianggap melakukan pelanggaran hak asasi di Papua," kata dia dikutip dari moots suara dari Suara.com
Lebih jauh lagi, Widya Setiabudi menegaskan bahwa beberapa negara yang tak disukai karena sikap politiknya.
Berbeda dengan negara yang ada di Eropa atau anggota NATO pun bisa terus absen dari event olahraga internasional.
Seperti halnya, yang dialami Timnas Rusia pada gelaran Piala Dunia 2022 lalu. Mereka diboikot karena Presiden Rusia Vladimir Putin, memerintahkan invasi bersenjata ke Ukraina.
Termasuk juga Negara Iran, karena dianggap sebagai musuh negara Barat. Timnas Iran ataupun para atletnya juga akan bernasib sama. (*/Ana AP)