Suara Denpasar - Cerita tentang Bali memang tak ada habisnya. Selain keindahan alam, Bali dikenal sebagai kota pariwisata budaya karena kekayaan tradisi yang tetap diwariskan hingga saat ini.
Salah satunya adalah Omed-omedan. Tradisi ini tidak dimiliki oleh Banjar (Komunitas lokal yang menerapkan hukum tradisional) lain di Bali. Hanya dimiliki Banjar Kaja, Sesetan, Denpasar Selatan, Bali.
Omed-omedan berasal dari bahasa Bali yang berarti tarik-menarik. Yang dilakukan oleh muda-mudi Banjar Kaja, sehari setelah hari raya Nyepi.
Pesertanya adalah muda-mudi Banjar Kaja. Tidak dari tempat atau Banjar lain. Tradisi ini dikenal juga sebagai ajang pencarian jodoh oleh muda-mudi di dalam Banjar Kaja.
Baca Juga:Pawai Ogoh-ogoh Berdarah, Korban Ditikam Sampai Tewas, PHDI Bali Angkat Bicara
Sebelum memulai Omed-omedan, para peserta bersembayang di Pura untuk meminta rahmat dari Sang Hyang Widhi (Tuhan yang Maha Esa).
Omed-omedan dibagi ke dalam 2 kelompok, yaitu kelompok perempuan dan laki-laki dengan formasi berbasis ke belakang. Mereka berdiri berhadapan dengan jarak sekitar 5-10 meter.
Baik kelompok laki-laki maupun perempuan, dituntun oleh tua-tua adat. Mereka diarahkan untuk bertemu di titik yang ditentukan.
Kedua orang dari kelompok laki-laki dan perempuan yang berdiri paling depan akan berpelukan dan berciuman sambil disirami air.
Dan disaksikan para tua-tua adat yang duduk di tribun.
Baca Juga:Gerokgak Tegang, Provokator Perayaan Nyepi di Bali Akhirnya Diamankan Polisi
Setelah berpelukan dan berciuman, kedua orang itu ditarik kembali dan berdiri di barisan paling belakang sampai semuanya mendapat giliran.
Para peserta mengaku jika memang jodoh, akan ada rasa cinta yang tumbuh setelah mereka berpelukan.
Banyak kesaksian yang mengatakan mereka mendapatkan jodoh dari tradisi Omed-omedan itu.
Salah satunya adalah penglingsir (orang yang dituakan) Banjar Kaja, Jero Wayan Sunaria. Dia mengaku mendapatkan jodoh melalui tradisi itu.
"Salah satu buktinya saya sendiri. Dulu saya sudah punya pacar di Banjar lain, tapi karena Omed-omedan, istri saya sekarang ini adalah pasangan berpelukan saat Omed-omedan dulu," katanya saat ditemui sedang menyaksikan pergelaran Omed-omedan, Kamis (23/3/2023).
Selain itu, Jero Wayan mengatakan ajang Omed-omedan sebagai bentuk mempererat tali silaturahmi antar muda-mudi dalam Banjar Kaja.
Mengingat tidak semua muda-mudi Banjar Kaja tinggal di Banjar Kaja. Ada yang bekerja atau bersekolah di luar.
"Jadi kan saat Nyepi semua yang di luar pulang. Nah Omed-omedan ini dilakukan sehari setelah Nyepi untuk bersilaturahmi," pungkasnya. (*/Ana AP)