Suara Denpasar – Masyarakat Bali menuduh orang Rusia kabur ke Indonesia dan mengambil pekerjaan warga lokal sekaligus berlindung dari resesi ekonomi akibat perang dan ancaman wajib militer.
Hal itu lah yang membuat masyarakat Bali marah sehingga bereaksi keras tentang apa yang mereka lihat orang luar mengambil alih pekerjaan mereka.
Dikutip Suara Denpasar dari Al-Jazeera, menanggapi hal tersebut, Gubernur Bali, Wayan Koster mengatakan bahwa dia telah meminta pemerintah pusat di Jakarta untuk mengakhiri hak istimewa visa-on-arrival bagi warga Rusia dan Ukraina di tengah meningkatnya keluhan dari penduduk setempat.
“Mengapa kedua negara ini? Keduanya sedang berperang, sehingga tidak aman di negara mereka, dan mereka berduyun-duyun ke Bali. Banyak dari mereka yang datang ke Bali bukan untuk bersantai, tapi untuk mencari kenyamanan, termasuk untuk bekerja,” kata Koster seperti dikutip dari Al-Jazeera, Jumat, (17/3/2023).
Baca Juga:Terkuak, Ini Alasan Aldila Jelita Minta Cerai dari Indra Bekti
Menanggapi hal tersebut, Menteri Pariwisata Indonesia, Sandiaga Uno mengatakan akan meninjau permintaan Gubernur Bali, Wayan Koster sambil membuka kemungkinan bahwa jumlah mereka yang "berulah dan membuat masalah”.
Sejak Kremlin mengumumkan mobilisasi sebagian cadangan militer pada bulan September lalu, menurut angka yang dikumpulkan oleh bandara internasional Bali, hampir 60.000 orang Rusia tiba di Bali sejak tahun lalu dan setiap bulannya hampir 20.000 orang masuk ke Bali.
Beberapa orang Rusia telah bekerja di pulau itu sebagai penata rambut, babysitter, supir taksi atau bahkan pekerja seks.
Serta seringkali, pihak berwenang mendapati orang-orang tersebut tanpa visa kerja yang diwajibkan secara hukum.
Dengan adanya kejadian dan keluhan masyarakat Bali mengenai kejadian tersebut, Wayan Koster selaku Gubernur Bali akan cepat bergerak untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Awal bulan ini, Pemerintah Provinsi Bali mengumumkan pembentukan gugus tugas yang terdiri dari polisi dan pejabat dari kementerian tenaga kerja, industri dan perdagangan untuk menindak pekerja yang tidak berdokumen.
Baca Juga:Skakmat Kemenkeu Berbekal Data, Mahfud MD Siap Buka Babak Baru Kasus Rp 300 Triliun
Pada minggu pertama, gugus tugas sudah menangkap enam turis, dan semuanya merupakan orang Rusia.
Keenam orang tersebut diketahui sudah memiliki pekerjaan. tiga orang berprofesi sebagai psk, dua instruktur mengemudi sepeda motor dan seorang pelatih tenis. (Rizal/*)