Suara Denpasar – Gunung Merapi meletus dan meluncurkan awan panas guguran ke arah Kali Bebeng atau Kali Krasak, Sabtu (11/3/2023). Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santoso, masyarakat diminta menjauhi jarak bahaya 7 kilometer dari puncak Gunung Merapi yang berlokasi di Perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta itu.
Tidak hanya guguran lava, letusan gunung berapi juga membawa abu vulkanik yang bisa menimbulkan beragam masalah bagi kesehatan tubuh, terutama pada pernafasan. Melansir dari laman halodoc, Berikut bahaya abu vulaknik bagi kesehatan pernafasan.
1. Menyebabkan gangguan pernapasan akut
Studi yang meneliti meletusnya gunung Eyjafjallajökull di Islandia tersebut berjudul “Respiratory health effects of volcanic ash with special reference to Iceland. A review”, menyebutkan fakta menarik tentang bahaya abu vulkanik.
Baca Juga:Perlu Waspada, Berikut 4 Cara Mencegah Diabetes pada Anak!
Dampak abu vulkanik bagi kesehatan tubuh (akut dan kronis) bergantung pada ukuran partikel (seberapa banyak yang terhirup), komposisi mineralogi (kandungan silika kristal), dan sifat fisika-kimia permukaan dari partikel abu vulkanik. Sehingga, dampak abu vulkanik bisa berbeda-beda.
Namun, secara umum dampak abu vulkanik bagi kesehatan berkaitan dengan gangguan pernapasan akut seperti bronkitis atau asma. Selain itu, eksaserbasi paru-paru dan penyakit jantung yang sudah ada sebelumnya sering terjadi setelah menghirup abu vulkanik. Meski begitu, tidak ditemukan efek jangka panjang pada fungsi paru-paru setelah terpapar abu vulkanik.
Menurut ahli di National Institutes of Health (NIH), selain asma dan bronkitis, abu vulkanik juga bisa memicu penyakit penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), emfisema, dan penyakit paru-paru jangka panjang (kronis) lainnya.
Orang dengan gangguan pernapasan akut yang terpapar abu vulkanik memiliki gejala sebagai Berikut:
- Masalah pernafasan seperti sesak napas.
Baca Juga:Buntut Postingan IG, Mega Coffee Bantah Kim Sae Ron Bekerja di Toko Mereka
- Batuk.
- Gejala mirip flu.
- Sakit kepala.
- Lemas atau kurang berenergi.
- Produksi lendir meningkat.
- Sakit tenggorokan.
- Mata berair dan iritasi.
2. Silikosis, fatal bagi paru- paru
Masih berkaitan dengan studi diatas, ada kekhawatiran tentang risiko jangka panjang silikosis akibat paparan kronis abu vulkanik. Silikosis merupakan kondisi berlebihnya silika di dalam tubuh, akibat terlalu banyak menghirup debu silika dalam jangka waktu yang lama.
Gunung meletus akan mengeluarkan gas seperti sulfur dioksida (S02), hidrogen sulfida (H2S), karbon monoksida (CO), nitrogen (NO2), dan karbondioksida (CO2). Nah, zat-zat ini yang membahayakan kesehatan manusia bila terpapar dalam jumlah yang berlebih.
Sementara itu, kandungan abu vulkanik berbeda. Abunya mengandung mineral kuarsa, kristobalit, dan tridimit. Zat ini adalah kristal silika bebas atau silikon dioksida (SiO2) yang bisa menyebabkan penyakit paru yang fatal atau silikosis. Abu silikosis sangat halus dan menyerupai pecahan kaca.
Silikosis umumnya terjadi pada pekerja tambang. Pengidapnya bisa mengalami keluhan seperti batuk, sesak napas, penurunan berat badan, hingga mengi dengan dahak yang berlebihan.
Menurut NIH, silikosis dapat menyebabkan komplikasi yang tidak main-main, seperti penyakit jaringan ikat, termasuk rheumatoid arthritis, scleroderma (juga disebut sklerosis sistemik progresif), dan lupus eritematosus sistemik. Tak hanya itu, penyakit ini juga bisa membuat penderitanya mengalami kanker paru-paru, fibrosis masif progresif, kegagalan pernapasan dan tuberkulosis.
Nah, itulah bahaya abu vulkanik dari gunung meletus. Bagi masyarakat yang terdampak abu vulkanik, tetap waspada, gunakan masker atau baju tertutup serta tidak mendekati area berbahaya. (Rizal/*)