Suara Denpasar - Sebagai kota destinasi, Bali dikatakan rendah ancaman teroris, tetapi Bali menjadi sasaran ancaman teroris yang sangat tinggi. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Satuan Tugas Wilayah (Kasatgaswil) Bali Densus 88, Kombes Pol I Ketut Widiarto SH., M.H.
"Bali kalau dari potensi ancaman rendah dibandingkan daerah lain, tetapi sebagai sasaran ancaman tinggi," kata Kombes Ketut saat ditemui denpasar.suara.com, di Renon, Jum'at (17/2/2023).
Sasaran ancaman tersebut dijelaskan datang dari luar Bali. Kombes Ketut mengatakan gerakan teroris selalu mengarah pada wilayah-wilayah yang menjadi pusat pemerintahan dan pariwisata. Karena itu kata dia, saat melakukan serangan teror, para teroris akan mencari wilayah-wilayah simbolik.
Wilayah simbolik yang dimaksud adalah wilayah-wilayah yang menjadi sentral kegiatan pemerintahan dan pariwisata seperti Jakarta dan Bali.
Baca Juga:Ternyata Segini Gaji Brimob yang Bikin Onar di Sidang Tragedi Kanjuruhan
Selain itu menurut Kombes Ketut, serangan teror yang terjadi selama ini adalah sebagai simbol saja. Tujuan utamanya adalah gaung atau hebohnya serangan itu, sehingga sasaran tentu mengarah pada wilayah simbolik.
"Misalnya DKI Jakarta itu kan ibu kota jadi sentral dari berbagai informasi, sentral kegiatan jadi kalau ada kejadian di sana wah hebohnya lebih kuat dari pada kejadian di tempat lain. Karena dia kan simbolik."
"Sebenarnya saat melakukan serangan teror itu hanya sasaran antara, sasaran sesungguhnya kan bukan itu, nah Bali juga sangat seksi," ujarnya.
Untuk Bali, Kombes Ketut mengatakan sudah sangat aman. Karena pihaknya melakukan pendekatan secara persuasif kepada kelompok atau individu yang diduga sebagai teroris. (Rizal/*)
Baca Juga:Prediksi Susunan Pemain Timnas Indonesia U-20 Lawan Fiji di Turnamen Mini Internasional