Suara Denpasar – Sinyal bubarnya tim kesayangan arek Malang, Arema FC kian menguat. Terlebih jajaran manajemen dan direksi telah melakukan berbagai upaya untuk mempertahankan eksistensi klub.
Pembubaran Arema FC sendiri merupakan efek domino dari tragedi Kanjuruhan Malang pada 1 Oktober 2022 lalu.
Belum tuntasnya kasus tersebut membuat arema menjadi ‘musuh’ bersama. Terlebih klub yang digawangi Johan Alfarizi dan kawan-kawan ini dapat tetap mengikuti kompetisi Liga 1 seperti biasa.
Menguatnya sinyal pembubaran Arema FC disampaikan Komisaris PT Arema Aremania Bersatu Berprestasi (PT AABBI), Tatang Dwi Arifianto dalam website resmi Arema FC.
Baca Juga:Jaksa Akui Dilema Saat Tuntut Bharada E 12 Tahun Penjara di Kasus Brigadir Yosua
“Kini direksi Arema FC mempertimbangkan eksistensi klub, termasuk kemungkinan terburuk untuk membubarkan tim,” jelasnya.
Tatang menyebut, pihaknya telah melakukan berbagai upaya pasca musibah Kanjuruhan. Mulai dari membuka crisis center untuk korban, menghadapi proses dan gugatan hukum baik pidana dan perdata, sanksi dan denda dari federasi, hingga memberikan layanan trauma healing bagi korban.
“Jika semua upaya tersebut belum memenuhi keinginan banyak pihak, atau justru membuat tidak kondusif, maka manajemen akan mempertimbangkan agar klub Arema FC untuk dibubarkan,” terangnya.
Sementara mengenai dampak dan kerugian, Tatang mengungkapkan bahwa yang dialami Arema FC atas insiden ini tetap tidak sebanding dengan rasa duka yang dialami Aremania saat peristiwa Kanjuruhan.
Namun dilansir dari suara.com mantan presiden Arema FC Gilang Widya Pramana, pernah membeberkan terkait total perolehan sponsor Arema FC sekitar Rp21 M. Sementara untuk pengeluaran setiap bulan mulai dari gaji pemain hingga operasional mencapai Rp20 M. (*/Dinda)
Baca Juga:Kena Psikis, Cuy! JK Pacar Denise Chariesta Cukur Rambut Kribonya, Usai Dihujat Mirip Kang Parkir