Suara Denpasar - Ada beberapa kejadian luar biasa dan heboh menyusul gugatan cerai yang dilayangkan Bupati Purwakarta Anne Ratna Mustika kepada Dedi Mulyadi.
Warga pun juga ikut terbelah menyikapi gugatan cerai yang sudah berlangsung sejak September 2022 lalu di Pengadilan Agama (PA) Purwakarta.
Berikut kejadian heboh yang megguncang Purwakarta itu dikumpulkan dari berbagai sumber. Brirkut rinciannya.
Pertama tentu soal Ririwa Gentayangan dan perubahan nama panggila dari Ambu Anne menjadi Neng Anne.
Baca Juga:Kang Dedi Minta Fitra Jangan Cengeng! Dua Hari Jauh dari Istri, Hampir Nangis
Istilah itu muncul dalam pidato bupati perempuan itu saat acara gempungan di Wisata Tajur, Desa Pesanggrahan. Obyek wisata itu sendiri dibangun oleh Kang Dedi saat periode kedua pemerintahnya.
Di mana wisata itu sukses menekan ilegal logging. Nah, karena yang akan hadir adalah Ridwan Kamil, kabarnya Kang Dedi tidak suka karena keduanya sempat bersaing untuk Jabar
1.
Alhasil, beberapa kades yang mendukung Kang Dedi dikabarkan enggan hadir dalam acara tersebut.
Malah hampir semua kades memilih tidak hadir dan malah berkumpul dengan Kang Dedi. Maka dari itu dalam pidatonya, dia menuding sosok hantu gentayangan atau Ririwa dan juga meminta jangan lagi di panggil Ambu, tapi Eneng.
Sontak pernyataan itu membuat publik Purwakarta riuh karena Kang Dedi dalam suatu kesempatan sempat mengungkap bahwa tuhan dalam masyarakat Sunda juga disebut dengan Sunan Ambu. Jadi, penghargaan yang luar biasa dalam panggilan kepada seorang wanita.
Baca Juga:Kang Dedi Gembleng Fitra Edit Video
Tak kalah panas adalah ketika Kang Dedi terusir dari Gedung Kembar yang selama ini menjadi kantor keduanya. Bahkan, Neng Anne mengebut penghuni Gedung Kembar sudah menempati gedung itu selama empat tahun secara ilegal.
Ada lagi tudingan soal dana bagi hasil yang menurut Neng Anne adalah hutang dari sosok orang yang selalu pencitraan guna merujuk Kang Dedi.
Soal ini lantas ditanggapi Kang Dedi dengan bertemu Sekda dan Wakil Bupati Purwakarta. Di sana terungkap bahwa hutang dana bagi hasi itu bukan merujuk pribadi, tapi pemerintah.
Kasus demi kasus juga ramai dari soal istri pertama Kang Dedi, mutasi besar-besaran, pembisik Neng Anne, sampai dengan boikot soal paripurna pertanggungjawaban APBD Purwakarta. ***