Suara Denpasar - Dedi Mulyadi memonitor arus lalu lintas di wilayah Purwakarta dan daerah lainnya di Indonesia yang penataannya makin semrawut.
Dia malah menilai bahwa penataan rumah-rumah warga saat ini kalah dengan zaman kolonial. Sebab, rumah warga banyak yang berdiri mendekat ke jalan raya.
Ini hemat dia, sangat berbahaya jika terjadi kecelakaan. Apalagi, kondisi jalan banyak yang berlubang.
"Ini coba kalau patung Bima nggak ada. Truk malah bisa nabrak rumah warga," tunjuk Kang Dedi seperti dikutip denpasar.suara.com dari kanal Youtubenya, Jumat 27 Januari 2023.
Baca Juga:Hidup Susah di Jerman, Bunda Corla Berhemat dan Cuma Makan Sekali dalam Sehari
Patung Bima itu dibuat saat Kang Dedi memimpin Purwakarta dan baru-baru ini ditabrak angkutan karyawan salah satu perusahaan swasta.
Berkat payung Bima itu, angkutan karyawan tidak menabrak rumah warga yang ada di pinggir jalan.
Sambil terus melanjutkan perjalannya, suami dari bupati Purwakarta Anne Ratna Mustika itu melihat adanya truk pengangkut beton yang terperosok di selokan. Beberapa material yang diangkut jatuh di pinggir jalan.
Truk itu juga belum di derek karena masih menunggu perintah sang bos. "Kedepannya tata bangunan harus segera dibenahi, sekarang itu di pinggir jalan itu penuh dengan bangunan, dan bangunan tuh lihat sekarang maju ke jalan," begitu katanya.
"Ada satu lagi kalau dulu zaman kolonial Belanda itu rumah itu nggak boleh terlalu pinggir jalan ada batasannya, ada batasannya harus sekian meter ke dalam. Nah sekarang ini pinggir jalan tuh sudah rumah semua, jadi kalau mobil ada kecelakaan itu sekarang pasti menimpa jalan nimpa warung," imbuhnya.
Baca Juga:Kang Dedi Mulyadi Ikut Ambil Jatah di Malam Pertama Fitra dan Lutfia, Sampai Sewa Kamar Hotel
Kang Dedi juga menyempatkan diri berbincang-bincang dengan sopir truk pengangkut beton. Kata si sopir, rem blong saat jalanan menurun.
"Sudah habis angin pak," katanya. Jadi dia banting stir ke selokan guna mengantisipasi jatuhnya korban.
Di tengah pembicaraan Kang Dedi melihat bekal sang sopir hanya sisa Rp 3 Ribu. Dia pun mengaku bahwa sopir di Indonesia banyak yang kondisinya susah.
"Ini lihat sisa bekalnya masih Rp 3 Ribu. Belum lagi untuk beli makan," seloroh Kang Dedi yang mengaku sedih dengan kondisi umumnya masyarakat. ***