Scroll untuk membaca artikel
Rabu, 21 Desember 2022 | 23:56 WIB

Warga Desa Truyan Bali Letakkan Mayat Dibawah Pohon, Kang Dedi Melongo: Leluhurnya Paham Hukum Alam dan Jauh Lebih Pintar

Julio
Warga Desa Truyan Bali Letakkan Mayat Dibawah Pohon, Kang Dedi Melongo: Leluhurnya Paham Hukum Alam dan Jauh Lebih Pintar
Kang Dedi Mulyadi bersama rombongan melakukan kunjungan kerja ke salah satu Desa Truyan di Kabupaten Bangli Bali (Kolase foto KDM)

Suara Denpasar – Kang Dedi Mulyadi bersama rombongan melakukan kunjungan kerja ke salah satu Desa Truyan di Kabupaten Bangli Bali. Kunjungan Kang Dedi bersama rombongan Komisi IV DPR RI, Selasa (22/12/2022).

Untuk mengujungi Desa Truyan tersebut Kang Dedi bersama rombongan harus menggunakan boat. 

Menariknya Kang Dedi rupanya bertandang ke salah pemakanan yang unik dan khas di Desa Truyan Bangli. Dimana sejumlah mayat manusia yang meninggal di Desa itu tanpa dikubur dan dibakar layaknya pemakanan pada umumnya bagi warga Bali. 

Melainkan Mayat hanya digeletakkan saja dibawah pohon besar bernama pohon Truyan. Melihat banyak mayat yang tergeletak dan tidak menimbulkan bau busuk. Membuat Kang Dedi Mulyadi melongo dan heran. Pasalnya pemakanan itu berdiri sudah ribuan tahun lamanya. 

Baca Juga:Link Live Streaming Manchester United vs Burnley di Piala Liga Inggris

Di pemakanan Truyan itu tampak jelas terlihat sejumlah tulang belulang dan tengkorak manusia yang sudah meninggal. Bahkan ada tubuh manusia yang masih keadaan utuh. 

“Secantik apapun kalau sudah mati jadi begini tengkorak. Gigi masih utuh. Jadi manusia itu tidak ada harganya semua sama dimata tuhan,” kata Dedi Mulyadi seperti dikutip di Kanal YouTube KDM, oleh Suara Denpasar. 

Yang lebih menarik saat Dedi Mulyadi berdiskusi soal pemakaman warga Truyan. Ternyata warga desa itu bukan keturunan Bali Age, melainkan Bali mule sebelum ajaran hindu tersebut masuk ke Bali.  

“Ini Hindu Bali Mule, bukan Bali Age,” kata seorang warga kepada Dedi Mulyadi. 

Lantas Dedi Mulyadi pun menjawab, artinya keyakinan masyarakat disini (truyan) ajaran agama lingkungan. Itu penting. 

Baca Juga:Bantah Intervensi Rekrutmen PJLP di Kepulauan Seribu, Legislator NasDem: Saya Hanya Minta Orang Pulau Terpilih

“Jadi mengapa kunjungan kami komisi IV bidang lingkungan hidup kesini, karena ajaran leluhur kita diberbagai tempat agamanya lingkungan. Mau Sunda wiwitan, sunda lainnya, Bali age, Bali mule semuanya sama. Semua agama mengajarkan ketaatan manusia kepada lingkungan,” jelas Dedi Mulyadi. 

“Jadi keataan manusia kepada tuhan itu akan menjadi semu kalau manusia tidak taat pada hukum alam. Karena tuhan itu menciptakan hukum yang pasti yang tidak bisa dirubah-rubah oleh manusia hanya hukum alam,” sambung Dedi Mulyadi. 

Walaupun ada amdalnya direkayasa, UKL-UPLnya direkayasa tetap saja kalau bertentangan dengan alam. Maka seluruhnya akan menjadi sia-sia. 

“Dalam kaidah saya hukum khilafiyah itu perdebatan tidak akan pernah berakhir setiap orang. Setiap orang akan punya ijtihad punya pemahaman, tapi kalau hukum alam akan tidak bisa ditafsirkan,” tuturnya. 

Kedepan negara harus memikirkan struktur pemerintahan sampai pemerintah tingkat desa. Di Desa baru ada kasi kesos pemerintahan, kasi pembangunan dan tidak pernah ada kasi lingkungan. 

Apa problemnya Indonesia hari ini pemimpin pemimpinnya tidak mengerti lingkungan. Dulu di desa ada pemangku adat dia mengerti rumah harus menghadap kemana-meletakkan kemana. 

Sekarang di desa sudah berantakan. Bukan hanya di Bali tetapi di Pulau Jawa. Kedepan tokoh adat itu adalah tokoh lingkungan dan sekarang kebayakan tokoh goreng adat

“Tanpa undang-undang orang sini (Truyan) sudah mentati hukum lingkungan. Kedepan dalam konservasi ini harus dijaga di lindungi. Jadi leluhur disini (Truyan) sudah pintar padahal lingkungan dan hukum alam padahal tidak kuliah,” pungkasnya. ***

Berita Terkait

Tag

terpopuler

Bali

Terkini

Loading...
Load More
Ikuti Kami

Dapatkan informasi terkini dan terbaru yang dikirimkan langsung ke Inbox anda