Suara Denpasar – Persoalan rumah tangga antara anggota DPR RI Kang Dedi Mulyadi dengan Bupati Purwakarta Ambu Anne Ratna Mustika ternyata melebar ke dunia politik. Hal ini setelah terungkap bahwa pembisik Ambu Anne merupakan musuh Kang Dedi Mulyadi yang selalu kalah dalam gelaran tiga kali Pilkada.
Hal itu justru diungkap Kang Dedi Mulyadi sendiri. Kang Dedi menyatakan, sebetulnya istrinya orang baik. Sekalipun Anne Ratna sudah tak mau memanggilnya dengan sebuat 'ayah', melainkan KDM (singkatan dari Kang Dedi Mulyadi), Kang Dedi Mulyadi tetap memanggil istrinya itu dengan panggilan ambu.
Dia pun mengatakan, karena Ambu Anne memiliki hati yang baik, dia terbuka dan mau mendengar dari orang lain, terutama pembisiknya.
"Embu orangnya baik tetapi karena hatinya sangat terbuka, telinga embu terlalu banyak mendengar, dan siapa yang didengar adalah orang-orang di sekelilingnya,” jelas Kang Dedi, dilansir dari bandung.suara.com.
Hal itu dijelaskan Kang Dedi Mulyadi saat datang di Pengadilan Agama Purwakarta dengan agenda replik (penguatan gugatan) dari penggugat Anne Ratna, Rabu (7/12/2022). Anne Ratna sendiri tidak hadir. Pengugat hanya diwakili kuasa hukumnya.
Kang Dedi Mulyadi melanjutkan, orang-orang di sekeliling Ambu Anne, dan menjadi pembisik adalah mereka yang ada dilingkup Pemkab Purwakarta, dan di luar Pemkab Purwakarta.
Untuk di lingkup Pemkab Purwakarta sudah jelas, mereka adalah para birokrat. Sedangkan mereka yang ada di luar pemerintahan, di antaranya adalah guru spiritual dan pembisik yang merupakan orang politik atau konsultan politik dalam arti tim sukses dalam ajang kontestasi politik.
“Saya tidak mau menyebut guru ngaji karena di situ bukan proses belajar mengaji, tapi proses belajar bertanya. Kalau dalam bahasa Sunda itu disebutnya pananyaan,” bebernya.
Kang Dedi Mulyadi pun menjelaskan, Ambu Anne bukan belajar mengaji. Melainkan hanya ke 'pananyaan'. Dia pun menegaskan bahwa guru ngaji Ambu Anne bukan ketua PCNU Purwakarta, KH Bahir Mukhlis.
Bahir Muklis sebelumnya sempat disebut Ambu Anne sebagai guru ngajinya. Padahal, menurut Kang Dedi Mulyadi, Ambu Anne sejatinya tidak pernah belajar mengaji ke KH Bahir Muklis, dalam arti mengaji secara intens, layaknya orang menuntut ilmu.
Sebaliknya, Ambu Anne malah datang ke seseorang yang disebut dengan istilah ‘pananyaan’. Di tempat lain 'pananyaan' kerap disebut sebagai 'orang pinter', paranormal, atau dukun.
“Pananyaan itu kan embu tinggalnya di mana sih? Bukan di Purwakarta tapi di Cianjur, tetangga desanya, saya tahu kok," terang Kang Dedi.
Bukan hanya di Cianjur, Kang Dedi mengungkap istrinya juga kerap datang ke 'pananyaan' di tempat lain. ada di Purwakarta hingga Banten. Dia kaget istrinya kini malah suka datang ke 'pananyaan'.
"Nah kemudian yang lain-lain itu adalah pananyaan lain di Purwakarta ada beberapa, di Banten juga ada. Embu itu ada tradisi baru sering ke pananyaan sekarang itu,” ucap dia.
Nah, Kang Dedi Mulyadi pun menuding adanya pembisik yang membuat istrinya mulai 'aneh-aneh'. Dia menyebut adanya seseorang berinisial M.
Kata dia, sosok M ini adalah orang yang anti Kang Dedi Mulyadi. Kini, orang ini justru menjadi pembisik yang merupakan lingkaran 1 Ambu Anne Ratna Mustika. Bahkan, sosok M ini juga yang menjerumuskan Ambu Anne mengajak ke pananyaan.
“Di antara yang suka mendampinginya (Ambu Anne) berinisial M yang dulu sangat anti pada saya dan sekarang sangat dekat dengan embu dan sering ngajak embu ke pananyaan dan itu bukan tradisi kami,” papar Kang Dedi begitu keras.
Yang mengejutkan, sosok M ini sempat jadi timses dalam beberapa kali Pilkada. Yakni Pilkada 2008, 2013, dan 2018. Pilkada 2008 dan 2013 saat Kang Dedi mencalonkan diri jadi bupati Purwakarta. Sedangkan pada Pilkada 2018 adalah saat Ambu Anne dicalonkan jadi bupati Purwakarta.
Dalam tiga medio Pilkada Purwakarta, sosok M ini menjadi timses di calon lawan. Dan selalu kalah dari Kang Dedi Mulyadi.
"Dia punya dendam politik kepada saya karena selalu gagal dalam Pilkada Purwakarta,” kata Kang Dedi.
Dengan masuknya sosok M ke ring 1 Ambu Anne, Kang Dedi Mulyadi menduga orang ini memiliki kepentingan politik bahkan pelampiasan dendam politik dengan menjadikan Ambu Anne sebagai 'wayang' untuk menyerang Kang Dedi.
“Itu harus hati-hati," kata Kang Dedi mewanti-wanti kepada ibu dari Yudistira dan Nyi Hyang tersebut.
Kang Dedi yang sudah kenyang dalam perpolitikan mengingatkan kepada istrinya itu bahwa kekuasaan itu ada akhirnya. Bahkan, September 2023 mendatang akan berakhir jabatan Anne Ratna sebagai bupati Purwakarta.
Pada saat itu, orang di lingkar kekuasaan Ambu Anne saat itu kemungkinan akan bubar dan mencari figur alternatif yang bukan tidak mungkin malah jadi lawan Ambu Anne, bila Ambu Anne masih ingin mencalonkan diri sebagai calon bupati pada Pilkada Purwakarta 2024 mendatang.
"Hati-hati dalam politik,” tegas Kang Dedi mengingatkan istrinya yang tergolong masih polos dalam berpolitik. (*)