Suara Denpasar - Dedi Mulyadi terkejut ketika melihat seorang aki-aki (kakek) penjual pisang yang mengaku memiliki tiga istri dan sepuluh orang anak.
Kang Dedi, panggilan akrab Dedi Mulyadi bingung bagaimana cara penjual pisang tersebut memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pertemuan Kang Dedi dengan penjual pisang ini berlangsung secara tidak sengaja. Awalnya Kang Dedi menanyakan harga pisang yang dijual aki yang tinggal tak jauh dari lokasi berjualan.
"Ini satunya berapa pak?," tanya Kang Dedi. "Lima ribu," demikian jawab Aki. Tanpa menawar Kang Dedi langsung membeli dua tandan pisang dan meminta pedagang untuk tidak memberikannya plastik karena merusak lingkungan.
Baca Juga:Sampurasun, Pidato Bahasa Sunda Kang Dedi Mulyadi di Markas PBB
Usai membeli pisang, obrolan akrab antara Kang Dedi dengan aki penjual pisang berlanjut. Ungkap Aki tersebut, saat muda dirinya bekerja sebagai seorang satpam di rumah makan.
Saat itu kondisi hidupnya terbilang membaik. Bahkan, memiliki tiga orang istri dengan sepuluh orang anak. "Anak 12, meninggal dua," katanya.
Mendapat keterangan seperti itu Kang Dedi lantas bertanya soal kebutuhan hidupnya. Aki mengatakan, sehari-hari membutuhkan biaya hidup berupa ongkos untuk anaknya sekolah Rp 20 ribu dan beras dua liter senilai Rp 40 ribu.
Tentu, sebagai penjual pisang uang yang didapat jauh dari kata cukup. Kondisi ini diperparah dengan fisiknya yang makin lemah. ***